Saturday, February 15, 2014

Bangun Super Team, Jangan Superman



Bangun Super Team, Jangan Superman


Ada yang bilang bahwa usaha di bidang properti adalah usaha kemewahan dan hanya dapat dilakukan oleh para jutawan saja. Ada juga yang bilang bahwa bisnis properti adalah bisnisnya orang tua. Namun ini tidak berlaku bagi Aryo Diponegoro, yang lebih akrab dipanggil Aryo Timur. Pengusaha sekaligus motivator yang terbilang masih muda ini, telah berkecimpung di bidang properti selama delapan tahun.


“Anak muda cenderung punya semangat tinggi. Seorang entrepreneur itu tidak pernah tua. Walaupun secara usia menua, tapi semangatnya terus muda,” ujarnya saat ditemui pada sebuah acara talkshow di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.

“Saat kuliah saya sudah ingin punya bisnis, tapi belum mulai. Saat saya kuliah di D3 UGM, saya sempat jualan di counter Dagadu di Jogja,” ujarnya.

Aryo mengatakamn bahwa kuliah sambil bekerja itu tidaklah mudah. Ia membutuhkan waktu lima tahun untuk lulus. Selepas kuliah di UGM, tahun 2001 ia pindah ke Jakarta dan kuliah lagi di FE-UI.

Ia mengakui bahwa prestasi akademiknya di bangku sekolah dan bangku kuliah tidak terlalu mengesankan. Namun mental pengusahanya telah mampu mengatasi itu semua. “Saat kuliah di FE-UI sering ada tugas bikin makalah. Buat saya, itu lahan uang. Teman-teman saya minta dibuatkan makalah dan mereka bayar satu makalah Rp 50 ribu,” kenang anak bungsu dari delapan bersaudara ini.

“Prestasi di sekolah waktu SD paling bagus peringkat delapan. Waktu kuliah juga IP saya juga pas-pasan. Tapi menurut saya prestasi di sekolah memang tidak berbanding lurus dengan prestasi bisnis ,” tambahnya lagi.

Bicara tentang prestasi bisnis yang telah dicapai Aryo, kita memang tidak perlu meragukan lagi. Bidang properti telah membuatnya mampu membangun konglomerasi bisnis. Yaitu dengan mendirikan Property University serta memproduksi software khusus untuk menjalankan bisnis properti .

Saat ditanya bagaimana cara mulai membangun konglomerasi itu, ia mengungkapkan, “Kita berbisnis tidak perlu pintar segalanya, tapi yang penting kita bisa menggandeng orang pintar. Saya tidak bisa membuat software, tapi ada orang lain yang jago membuat software. Lalu kita kerja sama, dan bagi hasil. Idenya dari saya, dan yang bikin orang lain,” jelasnya.

Menurutnya, hal itu juga berlaku di bidang properti. "Saya tidak tahu harga semen atau besi. Buat saya hal itu tidak penting, tapi yang penting saya punya orang pintar yang mengerti dan bisa membangun itu semua,” imbuhnya kepada kontributor CE.com.

Bagi Aryo, sebuah bisnis akan kuat dan mampu berjalan jika kita memiliki tim yang kuat. Prinsip yang ia pegang adalah, “Super team, not superman”. Artinya, untuk menjalankan bisnis , yang perlu dibangun adalah tim yang super, bukan dengan melakukan segalanya seorang diri.

Saat ini, Aryo sedang berkonsentrasi pada proyek propertinya di Cirebon, Jawa Barat, yang diharapkan akan rampung 2012 mendatang. (*/Nilam)

No comments:

Post a Comment