Dulu Jualan Sembako, Kini Jadi Raja Media
Surya Dharma Paloh termasuk tokoh populer di tanah Air. Selain pengusaha , ia juga dikenal sebagai politisi senior yang lama malang melintang di ranah perpolitikan. Bagi Surya Paloh, dunia politik dan bisnis tak bisa dipisahkan dari hidupnya.
Posturnya yang tinggi besar serta cambang lebat menjadi ciri khasnya sehari-harinya.
Dengan suara beratnya, Surya menceritakan perjalanannya merintis bisnis dari nol, termasuk awal mula mengenal dunia politik. Senyum selalu mengembang dari balik wajah berjenggotnya yang terkesan sangar. "Saya mulai terjun ke dunia bisnis sejak usia 14 tahun," katanya.
Surya terlahir di Aceh pada 16 Juli 1951. Namun, masa kecilnya dihabiskan di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Kendati besar sebagai pengusaha, keluarganya sama sekali tidak memiliki latar belakang bisnis.
Ayahnya berprofesi sebagai polisi, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Namun demikian, Surya bersyukur lahir di keluarga yang sederhana. "Saya juga bersyukur bisa di besarkan di tengah keluarga yang harmonis," ujarnya seperti dilansir Kontan.co.id.
Surya bercerita, kedua orangtuanya selalu menanamkan pentingnya pendidikan dalam menjalani hidup. Padahal, menurut Surya, kedua orangtuanya bahkan tidak lulus sekolah dasar.
Ia pun menceritakan kado ulang tahun yang paling berkesan dalam hidupnya dari sang ibu. "Saya diberikan amplop dengan tulisan Drs. dan SH. Di situ terselip uang berapa ratus rupiah untuk ulang tahun ke 14. Saya pikir itu ada maknanya," ujarnya, mengenang masa lalu.
Motivasi dari orang tuanya itu terus mendorong semangatnya untuk belajar. Selain semangat belajar, semangat bisnisnya juga mulai tumbuh. Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih remaja. Sambil bersekolah ia berdagang barang -barang sembako, seperti teh, ikan asin, sabun, tekstil, beras, dan kopi.
Perkenalannya dengan dunia bisnis ini dimulai saat ia melihat peluang menjadi suplier sembako di sebuah perkebunan di daerah Dolok Merangir, Sumatera Utara.
Sembako tersebut diperuntukkan untuk karyawan perkebunan yang jumlahnya ribuan. Saat itu usianya masih 14 tahun. "Waktu itu saya pikir kenapa saya tidak bisa ikut?" ujarnya
Keinginanya menjadi pemasok sembako itu memang sempat terkendala modal. Namun, tidak kehabisan akal, ia mendatangi toko sembako di Pematang Siantar.
Kepada pemilik toko, ia menawarkan diri untuk menyalurkan barang dagangan mereka ke perkebunan dengan sistem bayar belakangan. Pertama mendengar tawarannya ini, mereka belum menyambut serius. "Mereka hanya ketawa-ketawa, tapi akhirnya setuju," ceritanya.
Sebagai pemasok sembako, Surya mendapat komisi dari pemilik toko. Dengan cerdik, uang komisi diputarnya kembali untuk modal usaha. Selain berdagang dan menjalankan usaha sendiri, Surya juga sempat bekerja di perusahaan. Ceritanya pada usia 17 tahun, ia menerima tawaran temannya bekerja di sebuah agen perjalanan hingga menjabat manajer.
Tapi tak lama, ia kembali memilih melanjutkan aktivitas bisnisnya. Karir bisnisnya semakin menanjak ketika ia mendirikan perusahaan karoseri, sekaligus menjadi agen penjualan mobil Volkswagen dan Ford untuk Sumatra Utara dan Aceh. "Jadi saat itu saya sudah mengembangkan bisnis yang relatif lebih besar dari waktu-waktu," jelasnya.
Saat usianya menginjak 20 tahun, Surya mengaku telah memiliki showroom, workshop, dan ratusan karyawan. Di ibukota, jiwa bisnis Surya terus bertumbuh. Dia pun kemudian dikenal sebagai pengusaha muda. Di Jakarta, misalnya, ia merintis usaha katering.
Jaringan bisnisnya terus merambah berbagai lini usaha lain yang membuatnya kaya raya. "Saya bergerak di bidang oil bisnis walau sedikit, ada di Cepu. Batubara ada sedikit di Aceh, sawit ada sedikit, di media, perhotelan, pokoknya sedikit-sedikit," candanya.
Surya Paloh memang memiliki berbagai sektor usaha, seperti PT Surya Energi Raya yang bergerak di sektor migas di Cepu, Jawa Tengah, PT Sawit Sumbermas Sarana di Kalimantan Tengah.
Ia juga mengembangkan usaha perhotelan The Media Hotel & Towers termasuk Hotel Papandayan. Dari beberapa sektor usaha yang digelutinya, manuver bisnisnya yang paling fenomenal ketika mendirikan Metro TV.
Menjadi fenomal lantaran Metro TV yang pertama kali mengudara pada tahun 2000 ini menjadi stasiun televisi berita pertama dan terbesar di Indonesia. "Saya memang sudah bercita-cita menjadi publisher saat 18 tahun," katanya.
Sejak umur 18 tahun, Surya mengaku senang bergaul dan memiliki banyak teman di dunia pers. "Saya menulis sejak 19 tahun di Sumatra Utara," tambahnya.
Surya mengawali bisnis medianya dengan mendirikan surat kabar Prioritas di Jakarta pada 1998. Bertahun-tahun mendapatkan izin penerbitan, tidak lama media yang baru dirintisnya itu harus dibredel pemerintah.
Kala itu, ia harus berhadapan dengan rezim pemerintahan yang tak memberikan kebebasan pers. "Saya ingin memberikan suasana baru dan gaya baru tentang positioning media massa yang tak selamanya harus takut dan tunduk ke situasi dan kondisi keadaan," kenangnya.
Surya Paloh pun tidak menyerah. Ambisinya menghadirkan media yang mencerdaskan sangat kuat. Keinginannya itu terjawab saat datang era kebebasan pers di masa reformasi dengan mendirikan stasiun televisi berita. Saat awal berdiri tahun 2000, stasiun televisi yang diberi nama Metro TV merupakan hal baru di Indonesia lantaran keseluruhan acaranya menayangkan berita.
Di bisnis media, Surya Paloh juga memiliki Media Grup yang menerbitkan Media Indonesia dan Lampung Post Kendati sukses membangun usaha dari titik terendah, Surya tak mau menyebut dirinya konglomerat. "Saya tak disebut konglomerat, tapi paling tidak lebih dari 15.000 karyawan bergabung dengan grup yang saya miliki hari ini," ujarnya merendah. (as)
No comments:
Post a Comment