6 Inovasi yang Didorong Pemanasan Global
Inovasi sering muncul karena desakan masalah. Dan saat bumi ini dirundung masalah pemanasan global dan perubahan iklim yang destruktif bagi umat manusia, banyak inovasi yang bermunculan untuk mengurangi dampak negatifnya seperti banjir bandang karena curah hujan tinggi yang abnormal, kekeringan yang panjang, dan permukaan air laut yang naik waktu demi waktu.
Berikut merupakan 6 inovasi yang tercatat paling mencengangkan yang pernah dibuat untuk memberikan jalan pada manusia dalam menyesuaikan diri terhadap pemanasan global yang makin menjadi-jadi.
Hunian terapung
Saat air laut naik, hunian masa depan perlu dirancang untuk bisa mengapung. Koen Olthuis dari Waterstudio.NL tengah mengerjakan proyek pembuatan hunian seperti itu di Belanda. Perusahaann ini juga telah mendesain sejumlah hotel terapung, pusat konferensi terapung dan bangunan terapung lainnya di Maladewa yang berisiko tenggelam di tahun 2080 jika laju pemanasan global tetap tak terkendali.
Perusahaan lainnya yang juga dari Belanda ialah Dura Vermeer, yang telah mendirikan banyak bangunan seperti rumah kaca dan desa amfibi di Belanda. Semua itu dengan menggunakan banyak lapisan foam plastik yang dirangkai menjadi kerangka yang mengapung dan bisa menopang bangunan beton. Teknologi ini memberikan cara baru dalam mendirikan rumah.
Kota bawah tanah
Kehidupan bawah tanah menjadi alternatif saat kondisi alam yang tak bersahabat. Sekelompok entrepreneur AS menggagas taman "LowLine" dalam sebuah stasiun kereta bawah tanah yang ditinggalkan kosong di New York. Kabel serat optik tak hanya bisa mengarahkan cahaya matahari langsung ke area bawah tanah untuk membantu pepohonan dan tumbuhan tetap hidup tetapi juga menyaring sinar ultraviolet yang berbahaya dan pencahayaan listrik bisa membantu menerangi saat malam hari dan gelap.
Pertanian terapung
Di Bangladesh, para petani telah terbiasa bercocok tanam di dataran yang berada di bawah 16 kaki di atas permukaan laut. Banjir selalu terjadi dan memaksa petani itu untuk menciptakan lahan pertanian terapung yang aman dari serangan banjir.
Petani membangun rakit-rakit dari jerami, batang padi dan rerumputan yang disebut hyacinth air, sebelum menambahkan lapisan atas yang berupa dedaunan busuk sebagai pupuk organik. Rakit-rakit itu menjadi permukaan tanah yang bisa mengapung dan berfungsi sebagai pengganti lahan pertanian konvensional.
Energi cerdas
Suhu yang ekstrim menjadi pemicu banyak orang menggunakan alat listrik seperti AC dan kipas angin untuk mendinginkan, atau mesin pemanas untuk menghangatkan ruangan rumah saat musim dingin ekstrim melanda. Ini berarti akan ada lebih banyak energi yang dipakai.
Hingga kini telah dirintis berbagai pembangkit tenaga listrik yang berasal dari berbagai sumber energi terbarukan. Tenaga panas bumi, pasang laut, angin dan cahaya matahari merupakan sebagian dari jenis sumber energi baru yang makin banyak dieksplorasi seiring dengan kesadaran akan buruknya akibat penggunaan bahan bakar fosil.
Pertanian vertikal
Banyak petani harus menghadapi risiko kekeringan dan serangan hama perusak jika iklim makin ekstrim dan tak terpola. Satu solusi yang memungkinkan ialah dengan bertanam di lahan vertikal di bangunan-bangunan perkotaan yang memiliki ruang kosong untuk ditanami bahan pangan.
Pertanian vertikal memberikan iklim dalam ruang yang terkendali agar tanaman bisa tumbuh dengan tidak terlalu memakan tempat yang bisa membuktikan efisiensi pertanian bisa direalisasikan dengan cara yang kreatif dan inovatif.
Dickson Despommier, pakar mikrobiologi dan ekologi di Columbia University yang membantu merintis gerakan pertanian vertikal. Negara-negara seperti AS, Swedia, Belanda, Jepang, Korsel dan Singapura sudah memulai bereksperimen dengan pertanian vertikal mereka.
Pertanian yang mampu beradaptasi dengan iklim
Tanaman pangan perlu didesain sedemikian rupa agar mampu bertahan dalam ekosistem yang berubah drastis akibat pemanasan global. Usaha ini sudah ditempuh dan membuahkan hasil seperti varietas jagung yang mampu tumbuh dengan air yang lebih sedikit. Tanaman ini sudah diperkenalkan oleh Monsanto, DuPont dan Sygenta.
Perusahaan-perusahaan raksasa agribisnis ini memulai investasi miliaran dollar mereka dalam pengembangan tanaman pangan yang tahan dengan perubahan iklim yang ganas. Dengan demikian, kekeringan, banjir, panas berlebihan, dingin yang ekstrim dan garam tak bisa lagi memiliki efek mematikan terhadap tanaman di masa depan. Sebanyak 1633 hak paten dalam sektor agribisnis sudah tercatat, demikian laporan ETC Group.
Adaptasi iklim juga bisa berasal dari sifat-sifat ideal pengidentifikasi dalam hasil pertanian yang ada tanpa rekayasa egentik, mengubah taktik pengembangbiakan untuk tanaman pangan dan menanam lebih banyak lagi bahan makanan yang tangguh terhadap cuaca ekstrim. International Rice Research Institute (IRRI) dan University of California-Davis menggunakan pemilihan pasar yang dibantu pembuat untuk mengidentifikasi gen yang tahan banjir di varietas padi India dan memberikannya ke jenis tanaman lain. Dalam kasus lain, Pusat Padi Afrika telah menyilangkan spesies padi Afrika dan Asia untuk menciptakan tanaman yang tahan kekeringan dan banjir. (*AP)
No comments:
Post a Comment