Saturday, February 15, 2014

CIPUTRA: 3 Strategi Lalui Masa Krisis 1998



CIPUTRA: 3 Strategi Lalui Masa Krisis 1998


Salah satu fase kelam yang menjadi pembelajaran besar bagi seorang entrepreneur ialah bagaimana ia harus menghadapi dan menjalani serta keluar dari sebuah krisis. Pengalaman saya sendiri menghadapi krisis moneter 1998 menjadi sebuah pelajaran besar bagi saya dan semua pelaku bisnis saat itu. Membawa ketiga grup bisnis kami melalui krisis ekonomi yang demikian buruk sangat menantang bagi seorang entrepreneur, apalagi jika ia berhasil membawanya menuju ke masa selanjutnya dengan selamat.


Keadaan bisnis kami saat menjelang krisis 1998 sangat suram. Utang perusahaan naik hingga 5-6 kali lipat. Mengapa? Karena kami saat itu meminjam mayoritas dalam mata uang dollar AS. Nilai perusahaan pun menyusut demikian drastis. Sales atau penjualan menurun hingga titik terendah, hingga kurang dari separuh tahun sebelumnya. Pada periode akhir 1997 sampai dengan Mei 1998, kehidupan saya juga menjadi penuh tekanan dan kecemasan.

Apa yang telah saya kumpulkan dengan susah payah selama lebih dari 35 tahun seakan lenyap hanya dalam waktu kurang dari 6 bulan. Pada masa itu, saya memiliki utang yang begitu besar, di luar jangkauan kemampuan finansial yang saya miliki. Saya merasa berada di titik nadhir dan melewatkan banyak malam tanpa tertidur pulas. Banyak hari yag harus saya jalani tanpa kebahagiaan. Namun, syukurlah perjumpaan pribadi dengan kasih dan kuasa Tuhan, telah membuat saya memiliki kekuatan dalam menghadapi masalah. Saya memutuskan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan memadukan Integrity dan Excellence atau dengan menjaga integritas (kejujuran), berusaha menyelesaikan permasalahan secerdik mungkin sambil memohon pertolongan Tuhan. 

Terdapat 3 strategi praktis yang ia lakukan. Pertama, menghadapi masa krisis ekonomi dengan berani bertanggung jawab, tidak lari dari masalah, dan juga tidak melarikan diri dari Indonesia. Memang ada rekan-rekan saya yang tidak tahan dari masalah dan memilih keluar Indonesia. Meski tekanan itu datang bertubi-tubi dan lebih mudah untuk melarikan diri, tetapi saya mencoba mendengarkan suara nurani saya bahwa saya harus tetap di Indonesia, tanah kelahiran saya, dan itulah yang saya lakukan.

Kedua, saya memutuskan untuk bertindak proaktif menghubungi para kreditur dan terus merundingkan solusi inovatif agar kami bisa lolos dari ujian ini dengan relatif utuh agar bisa memulai memperbaiki kembali keadaan seiring berlalunya krisis. Saya dan tim saya menemui para kreditur dan membuka diri kami untuk dikritik dan dimarahi.

Ketiga, saya harus menjual aset dan semua yang bisa dijual demi menutup utang. Dengan ketiga strategi ini, seiring dengan berbagai kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan dunai bisnis Indonesia , sedikit demi sedikit permasalahan utang perusahaan dapat diselesaikan. Bahkan perusahaan bisa bangkit kembali mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Saat ini Grup Ciputra, Grup Metropolitan, dan Grup Jaya adalah perusahaan-perusahaan nasional yang telah berhasil melalui keterpurukan masa krisis, dan sedang terus berkembang kembali membangun diri menjadi perusahaan yang jauh lebih unggul di masa lalu.

Seperti yang pernah saya katakan berulang kali, entrepreneur jatuh 10 kali, dan bangun 11 kali. Sehingga jika kita jatuh, kita jangan sampai putus asa. If it's not happy, it's not the end.

No comments:

Post a Comment