Kisah Sukses Pengusaha Kaca Grafir
Usaha kaca grafir yang ditekuni H. Bambang Rudjito, mengantarkan bapak dua anak ini menjadi pengusaha sukses . Mantan pelaut ini tak pernah putus asa dalam mempromosikan produknya. Hasilnya, usaha yang awalnya hanya bermodal Rp 5 juta, kini asetnya bernilai miliaran rupiah. Tenaga kerja yang direkrut berawal dari empat orang, kini menjadi 250 pekerja.
Ketrampilan membuat kerajinan kaca grafir ini diperoleh Bambang dari Meksiko. Di sentra perajin kaca Sinaloa, di sanalah dia belajar, ketika masih menjadi pelaut.
Dari mana dia memperoleh informasi Sinaloa, Meksiko adalah sentra kerajinan kaca? Sebagai seorang tenaga kerja di sebuah kapal mewah, dalam setahun berbulan-bulan Bambang sering berkeliling dunia dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya.
Di setiap lokasi wisata, ia selalu melihat aneka macam cenderamata yang ditawarkan pada para penumpang kapal yang diawakinya.
Suatu ketika, sampailah kapal berlabuh dekat Sinaloa, Meksiko. Di sinilah dia berkenalan pada seorang perajin kaca grafir yang produknya lebih dikenal dengan "Venetian Mirror" alias kaca Venesia.
Melihat barang itu, ia tertarik. Ketertarikannya itu membuat dia selama beberapa bulan, memutuskan belajar menjadi perajin kaca. Bahkan, profesinya sebagai pelaut ia tinggalkan demi kerajinan kaca.
Tidak seperti umumnya anak kapal yang seringkali menghambur-hamburkan uang untuk kegembiraan, lelaki murah senyum ini justru berpikir tentang masa depan. Hasil jerih payahnya keliling dunia dia tabung untuk modal usaha. Ketika tabungan telah mencapai sekitar Rp 5 juta, ia memberanikan diri mulai berbisnis .
Dia tinggalkan profesi pelaut yang telah digelutinya selama delapan tahun. Tahun 1990 dia praktikkan ilmu yang diperoleh dari negeri jauh. Lelaki asal Bojonegoro, Jatim ini merasa lelah hidup sebagai pelaut telah mengelilingi dunia bersama dua kapal pesiar mewah yakni "Holland American Line" dan "Carnival Cruise Line." Selanjutnya dia beralih ke kaca, barang yang selalu menemaninya setiap saat.
Kesuksesannya menjadi pengusaha kaca grafir bukan datang begitu saja. Diperlukan kegigihan dan keuletan dalam menjual produknya, sehingga dikenal konsumennya. "Selama setahun saya menjajakan kaca cermin produk saya secara door to door di Jakarta,''kata dia di pabriknya di Desa Manang, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Tahun kedua dalam berwiraswasta , ketika ada tawaran untuk mengikuti pameran PPE (Pameran Produk Ekspor) di Jakarta, dia memberanikan diri untuk ikut. Dengan berpatungan bersama seorang pengusaha garmen , ia menyewa stand berukuran kecil.
Dari sinilah produk yang dihasilkannya mulai dikenal oleh konsumen mancanegara. Peminat dari luar negeri umumnya banyak membeli produk cenderamata yang berukuran kecil-kecil. Dalam perkembangan, produk serupa juga banyak diminati pasar dalam negeri.
Produk itu antara lain kaca batik tempat tissue, tempat perhiasan, tempat kosmetik, tempat permen dan berbagai pernak-pernik lainnya. Ada sebanyak 27 jenis barang dalam bentuk cenderamata dari bahan baku kaca. Selain itu ia juga membuat aneka macam lampu gantung dan lampu tempel dari kaca dan lainya. Yang juga menarik adalah produk botol-botol ukir berhiaskan aneka bunga dan motif-motif lain.
"Botol-botol bekas itu saya beli Rp 1.000 per buah. Setelah dibatik, menjadi barang menarik, harganya antara Rp 100 ribu hingga Rp 125 ribu per buah," katanya. Produk yang dihasilkan itu kini tersebar di banyak negara.
Dia juga sangat rajin mengikuti pameran internasional bersama Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN). Dalam setahun, dia pernah sepuluh kali ikut pameran di sejumlah negara. "Usaha saya memang dikenal orang melalui pameran-pameran," katanya. (*/ dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment